Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Resensi’ Category

Jakarta (Kabarin) – Komunitas Bambu menerbitkan buku baru berjudul Kota-Kota Prakolonial Indonesia: Pertumbuhan dan Keruntuhan.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini e-mail dari Komunitas Bambu:

Kota-Kota Prakolonial Indonesia:

Pertumbuhan dan Keruntuhan

Supratikno Rahardjo

April 2008, 198 hlm, Rp 40.000

Hipotesis pokok yang dimuat dalam karya ini adalah bahwa kota-kota prakolonial di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori wilayah pertumbuhan, yaitu di wilayah-wilayah dengan basis ekonomi pertanian sawah, dan di wilayah-wilayah dengan basis ekonomi perladangan. Kota-kota dari kategori pertama yang selanjutnya disebut dengan istilah “kota-kota prosumtif” cenderung memiliki kekuatan besar untuk dapat menghidupi keperluan sendiri dan bahkan dapat memasok kebutuhan masyarakat luar, sebaliknya kota-kota kategori kedua, yang selanjutnya disebut dengan istilah “kota konsumtif”, cenderung tidak memiliki kekuatan besar untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, tetapi dapat berkembang dengan mengandalkan aktifitas perdagangan dengan dunia luar. Karena sifat keduanya yang kontas dalam aspek ekonomi tersebut, maka diduga akan membawa akibat yang berbeda pula dalam cara-caranya kota-kota tersebut tumbuh dan runtuh.

*****

Bisa didapatkan di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung serta Toga Mas mulai 3 Mei 2008. Dapatkan diskon 20% dengan memesan langsung ke Penerbit Komunitas Bambu + ongkos kirim untuk wilayah Jabodetabek atau paket untuk luar Jabodetabek.

Jadilah pembaca pertama buku baik ini

KOMUNITAS BAMBU Jl. Mesjid At-Taqwa No. 11 Beji Timur Depok 16422

Telp/Fax: 021-7755462 email: komunitasbambu@yahoo.com atau komunitasbambupemasaran@yahoo.com

Read Full Post »

Jakarta (Kabarin) – Komunitas Bambu menerbitkan buku baru berjudul Semiotik dan Dinamika Sosial, dan untuk lengkapnya berikut ini e-mail dari mereka:

Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya

Ferdinand de Saussure, Roland Barthes,

Julia Kristeva, Jacques Derrida,

Charles Sanders Peirce,

Marcel Danesi & Paul Perron, dll.

Benny H. Hoed

April 2008, 198 hlm, Rp 40.000

Buku ini akan sangat membantu dalam penelitian karena buku ini berhasil menjembatani antara kerangka teoritis dan penerapannya, mampu memberi panduan memahami teori secara jelas untuk bisa merumuskan hipotesa sehingga membantu observasi. Bagi para peminat filsafat, buku ini akan sangat membantu memahami gagasan-gagasan para filsuf Prancis karena sarat dengan penjelasan yang berasal dari konsep-konsep linguistik yang dalam filsafat sering sudah diandaikan diketahui. Padahal sering konsep-konsep tersebut belum dipahami secara benar. Akhirnya, sumbangan yang pantas ditekankan ialah bahwa pemaparan penulis buku ini membuat pembaca tidak larut pada arus pemikiran yang sedang dominan karena pendekatan buku ini membuka alternatif.

*****

Bisa didapatkan di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung serta Toga Mas mulai 3 Mei 2008. Dapatkan diskon 20% dengan memesan langsung ke Penerbit Komunitas Bambu + ongkos kirim untuk wilayah Jabodetabek atau paket untuk luar Jabodetabek.

Jadilah pembaca pertama buku baik ini

KOMUNITAS BAMBU Jl. Mesjid At-Taqwa No. 11 Beji Timur Depok 16422

Telp/Fax: 021-7755462 email: komunitasbambu@yahoo.com atau komunitasbambupemasaran@yahoo.com

Read Full Post »

Aceh Sepanjang Abad

Jakarta (Kabarin News) – Buku berjudul “Aceh Sepanjang Abad” buah karya H. Mohammad Said (17 Agustus 1905 – 26 April 1995) yang menjadi salah satu “buku pintar” mengenai sejarah, sosiologi dan antropologi Aceh kini hadir kembali dalam cetakan ketiga.

Torehan ilmiah populer dari wartawan otodidak, yang juga salah seorang tokoh pers nasional sebagai penggerak Kantor Berita ANTARA di wilayah Sumatera (1946-1948), kemudian mendirikan Harian Waspada di Medan, Sumatera Utara (11 Januari 1947), tersebut pertama kali terbit pada 17 Agustus 1961. Ada pun cetakan keduanya pada 17 Agustus 1979, yang berentang waktu 18 tahun dari cetakan perdana, dan 48 tahun dari awal hingga cetakan ketiga.

Buku tersebut tercatat sebagai literatur utama kalangan pakar di berbagai perguruan tinggi Indonesia maupun luar negeri, termasuk Cornell University dan University of Chicago di Amerika Serikat (AS), yang membahas Aceh.

Dalam cetakan ketiga, “Aceh Sepanjang Abad” terbagi menjadi dua jilid, yakni 490 halaman pada Jilid Pertama dan 526 di Jilid Kedua. Tribuana Said, MDS bersama Ida Tumengkol, B.Comm, M.Hum yang notabene adalah putra dan putri pasangan H. Mohammad Said dengan Ny. Ani Idrus.

Tribuana Said dalam acara bedah buku “Aceh Sepanjang Abad” di Banda Aceh pada 12 November 2007 mengemukakan, penulisan buku tersebut oleh ayahnya bertujuan meluruskan sejarah sesuai fakta yang sebenarnya terjadi di Aceh, karena sebelumnya banyak karya penulis Aceh –terutama bangsa Belanda– hanya mengisahkan Aceh sesuai versi mereka saja.

Sebagai editor, Tribuana dan Ida membatasi  penyuntingan “Aceh Sepanjang Abad” cetakan ketiga pada penyederhanaan kalimat guna memudahkan penyerapan dan pemahaman pembacanya, sedangkan substansi buku –baik data yang digunakan maupun kajian dan cara pandang H. Mohammad Said– tidak dilakukan perubahan.

Tribuana Said, yang sejak 21 Agustus 2002 menjabat Direktur Eksekutif Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS), mengakui pula bahwa buku karya ayahnya itu sekalipun mencakup banyak hal –terutama menyangkut semangat perlawanan rakyat Aceh menghadapi serangan bangsa Portugis dan penjajahan Belanda–, namun masih banyak hal lainnya yang perlu diperluas, misalnya mengenai peran perempuan Aceh belum banyak tertuang.

Dengan kata lain, “Aceh Sepanjang Abad” agaknya patut menjadi bahan bacaan utama bagi anak bangsa negeri ini, yakni memandang Aceh dari “kacamata” bangsa sendiri. Apalagi, H. Mohammad Said sebagai penulisnya dan Tribuana Said sebagai penanggungjawab penyuntingan di cetakan ketiga adalah sosok tokoh pers nasional, yang secara profesional sangat memahami apa yang disebut dengan cara menyajikan data, fakta dan sumber berita/tulisan yang memberikan “makna” bagi pembaca/khalayaknya.

Selain itu, ibarat judulnya “Aceh Sepanjang Abad”, maka H. Mohammad Said tampaknya berhasil menyajikan karya tulis yang bisa mengetengahkan Aceh bagi pembacanya di antar-abad, yakni pembaca abad ke-20 dan pembaca kini di abad ke-21. (*)

Read Full Post »